30 December 2009
Napak Tilas sang Fenomenal (Kh. Abdul Rahman Wahid)
KOMPAS.com - Kiai Haji Abdurrahman Wahid yang sering dikenal dengan nama Gus Dur adalah salah satu tokoh nasional yang banyak mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Cucu ulama besar KH Hasyim Asy'ari tersebut pernah menjabat Ketua Nahdlatul Ulama (NU). Gus Dur pula yang mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di era reformasi.
Gus Dur meninggal dunia, Rabu (30/12/2009), sekitar pukul 18.45 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) setelah sempat dirawat beberapa hari dan menjalani cuci darah. Gus Dur meninggalkan seorang istri Shinta Nuriyah dan empat orang anak masing-masing Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zanuba Arifah, Anita Hayatunnufus, dan Inayah.
Perjalanan hidupnya dimulai di Jombang, Jawa Timur, tempat kelahirannya pada 4 Agustus 1940. Ia menjalani pendidikan sekolah dasar di Jakarta sejak tahun 1953 dan melanjutkan ke SMEP di Yogayakarta tahun 1956. Kemudian, Gus Dur melanjutkan pendidikan di pesantren Tambakberas Jombang pada tahun 1963. Gus Dur juga sempat mengenyam pendidikan di - Universitas Al Azhar, Department of Higher Islamic and Arabic Studies, Kairo dan Fakultas Sastra, Universitas Baghdad, Irak pada tahun 1970 namun tak sempat menyelesaikan.
Selepas itu, Gus Dur berkarir menjadi guru dan dosen selama bertahun-tahun. Gus Dur menjadi Guru Madrasah Mu'allimat, Jombang (1959 - 1963), Dosen Universitas Hasyim Asyhari, Jombang (1972-1974), Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Asyhari, Jombang dan (1972-1974).
Kemudian Gus Dur juga aktif di pesantren menjadi Sekretaris Pesantren Tebuireng, Jombang (1974 - 1979) dan menjadi konsultan di berbagai lembaga dan departemen pemerintahan pada tahun 1976. Selanjutnya, Gus Dur menjadi pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta sejak tahun 1976 hingga sekarang.
Di organisasi Nahdlatul Ulama, Gus Dur menjadi anggota Syuriah Nahdlatul Ulama tahun 1979- 1984. Ia juga menjabat Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk empat periode. Masing-masing 1984-1989, 1989-1994, dan1994 - 1999, dan 2000-2005.
Sementara di bidang pemerintahan, Gus Dur pernah duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif. Ia menjadi anggota MPR dari utusan golongan selama dua periode. Masing-masing periode 1987-1992 dan 1999-2004. Karir politik tertinggi menjadi Presiden RI selama 2 tahun 1999-2001.
Gus Dur dikenal sebagai tokoh kerukunan umat beragama bahkan cukup kontroversial karena menjadi anggota Dewan Pendiri Shimon Peres Peace Center, Tel Aviv, Israel. Ia pernah menjadi Wakil Ketua Kelompok Tiga Agama yaitu Islam, Kristen dan Yahudi yang di bentuk di Universitas Al Kala, Spanyol, Pendiri Forum 2000 (Organisisasi yang mementingkan Hubungan Antaragama). Ia juga pernha menjabat Ketua Dewan Internasional Konferensi Dunia bagi Agama dan Perdamaian (World Conference on Religion and Peace-WCRP), Italia tahun 1994.
Gus Dur juga pernah Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) periode 1983-1985. Meski mengalami penurunan kemampuan melihat, Gus Dur dikenal masih suka membaca melalui suido book bahkan sampai menjelang akhir hayatnya. Ia juga dikenal produktif menulis artikel dan buku.
Gus Dur juga banyak mendapat penghargaan seperti gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Jawaharlal Nehru, India, Bintang Tanda Jasa Kelas 1, Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan dari Pemerintah Mesir, Pin Penghargaan Keluarga Berencana dari Perhimpunan Keluarga Berencana I, Ramon Magsaysay, Bintang Mahaputera Utama dari Presiden RI BJ Habibie, Gelar Doktor Honoris Causa, Bidang Perdamaian dari Soka University Jepang ( 2000 ), Global Tolerance Award dari Friends of the United Nations, New York ( 2003 ), World Peace Prize Award dari World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan ( 2003 ), Presiden World Headquarters on Non-Violence Peace Movement ( 2003 ), Penghargaan dari Simon Wiethemtal Center, Amerika Serikat ( 2008 ), Penghargaan dari Mebal Valor, Amerika Serikat (2008), Penghargaan dan kehormatan dari Temple University, Philadelphia, Amerika Serikat, yang memakai namanya untuk penghargaan terhadap studi dan pengkajian kerukunan antarumat beragama, Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study (2008).
Copas From www.kompas.com
If you enjoyed this post, please make sure you subscribe to my RSS feed!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Post your comments and give feed back about this article, You can use some HTML tags, such as Bold, Italic,
Thank's For Your Comment